2.3.1. Pengertian stres kerja
Stres kerja adalah konsekuensi setiap tindakan
dan situasi lingkungan yang menimbulkan tuntutan psikologis dan fisik yang
berlebihan pada seseorang. Cartwright dan Cooper (1994) dalam Mangkunegara (2008:179) mengemukakan stres kerja sebagai suatu ketegangan atau
tekanan yang dialami ketika tuntutan yang dihadapkan melebihi kekuatan yang ada
pada diri kita. Robbins (2006) dalam www.unika.ac.id/staff/blog/kristiana/341
diakses tanggal 24-9-2013, mendefinisikan stres sebagai
suatu tanggapan dalam menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu
dan proses psikologis, sebagai konsekuensi dari
tindakan. Handoko (2008:167) mengemukakan stres sebagai suatu kondisi ketegangan
yang dapat mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi seseorang.
Effendi (2002) dalam http://elib.unikom.ac.id /files/disk1/128/
jbptunikompp-gdl-s1-2007-nandangyud-6384-bab-ii-t-a.pdf diakses
tanggal 24-9-2013, mengemukakan bahwa stres kerja adalah
ketegangan atau tekanan emosional yang dialami seseorang yang sedang menghadapi
tuntutan yang sangat besar, hambatan-hambatan dan adanya kesempatan yang sangat
penting yang dapat mempengaruhi emosi, pikiran, dan kondisi fisik seseorang.
Siagian (2001:300) menyatakan bahwa
stres merupakan kondisi ketegangan yang berpengaruh terhadap emosi, jalan
pikiran, dan kondisi fisik seseorang. Mangkunegara
(2008:157)
mengemukakan stres kerja sebagai perasaan yang menekan atau merasa tertekan
yang dialami pegawai dalam menghadapi pekerjaan. Stres kerja
adalah suatu kondisi ketegangan yang
menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi seorang pegawai. Stres
yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi
lingkungan. Sebagai hasilnya,
pada diri para pegawai
berkembang berbagai macam gejala stres yang dapat mengganggu
pelaksanaan kerja mereka (Rivai, 2008:516).
Dari
definisi-definisi ahli diatas dapat disimpulkan bahwa stres kerja adalah
interaksi antara kondisi kerja dengan sifat-sifat pegawai
yang bekerja yang merubah fungsi normal secara fisik, psikologis maupun
perilaku yang berasal dari tuntutan pekerjaan yang melebihi kemampuan pegawai
atau kondisi lingkungan yang menimbulkan stres yang dapat menimbulkan pengaruh
negatif bagi pegawai maupun organisasi tempat dia bekerja yang
membutuhkan solusi baik itu dari personal maupun instansi.
2.3.2.
Sumber-sumber
stres kerja
Pada dasarnya
berbagai sumber stres dapat digolongkan pada yang berasal dari pekerjaan dan
dari luar pekerjaan seseorang. Berbagai hal yang dapat menjadi sumber stres
yang berasal dari pekerjaan pun dapat beraneka ragam seperti beban tugas yang
terlalu berat, desakan waktu, penyeliaan yang kurang baik, iklim kerja yang
menimbulkan rasa tidak aman, kurangnya informasi dari umpan balik tentang
prestasi kerja seseorang, ketidakseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab,
ketidakjelasan perananan pegawai dalam keseluruhan kegiatan organisasi,
frustasi yang ditimbulkan oleh intervensi pihak lain yang terlalu sering
sehingga seseorang merasa terganggu konsentrasinya, konflik antara pegawai
dengan pihak lain di dalam dan di luar kelompok kerjanya, perbedaan sistem
nilai yang dianut oleh karyawan dan yang dianut oleh organisasi dan perubahan
yang terjadi yang pada umumnya memang menimbulkan rasa ketidakpastian (Siagian,
2001:301).
Mangkunegara
(2008:157) mengemukakan penyebab-penyebab stres kerja, antara lain beban kerja
yang dirasakan terlalu berat, waktu kerja yang mendesak, kualitas pengawasan
kerja yang rendah, iklim kerja yang tidak sehat, otoritas kerja yang tidak
memadai yang berhubungan dengan tanggung jawab, konflik kerja, perbedaan nilai
antara pegawai dengan pemimpin yang frustasi dalam kerja.
2.3.3. Faktor yang mempengaruhi stres kerja
Menurut Robbins (2001) dalam http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/06/ stress-kerja-definisi-dan-faktor.html,
diakses tanggal 24-9-2013, ada tiga
sumber utama yang dapat menyebabkan timbulnya stres yaitu :
1.
Faktor Lingkungan
Keadaan lingkungan yang tidak menentu akan dapat menyebabkan
pengaruh pembentukan struktur organisasi yang tidak sehat terhadap pegawai. Dalam faktor
lingkungan terdapat tiga hal yang dapat menimbulkan stres bagi pegawai yaitu ekonomi, politik dan teknologi. Perubahan yang sangat
cepat karena adanya penyesuaian terhadap ketiga hal tersebut membuat seseorang mengalami
ancaman terkena stres. Hal ini dapat terjadi, misalnya perubahan teknologi yang
begitu cepat. Perubahan yang baru terhadap teknologi akan membuat keahlian
seseorang dan pengalamannya tidak terpakai karena hampir semua pekerjaan dapat
terselesaikan dengan cepat dan dalam waktu yang singkat dengan adanya teknologi
yang digunakannya.
2.
Faktor Organisasi
Didalam organisasi terdapat beberapa faktor
yang dapat menimbulkan stres yaitu role demands,
interpersonal demands, organizational structure dan organizational leadership.
Pengertian dari masing-masing faktor
organisasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Role Demands
Peraturan dan tuntutan dalam pekerjaan yang
tidak jelas dalam suatu organisasi akan mempengaruhi peranan seorang pegawai untuk memberikan hasil akhir yang ingin dicapai bersama dalam
suatu organisasi tersebut.
2. Interpersonal Demands
Mendefinisikan tekanan yang diciptakan oleh pegawai lainnya dalam organisasi. Hubungan komunikasi yang tidak jelas
antara pegawai satu dengan pegawai lainnya akan dapat menyebabkan komunikasi yang tidak sehat.
Sehingga pemenuhan kebutuhan dalam organisasi terutama yang berkaitan dengan
kehidupan sosial akan menghambat perkembangan sikap dan pemikiran antara pegawai yang satu dengan pegawai lainnya.
3. Organizational Structure
Mendefinisikan tingkat perbedaan dalam
organisasi dimana keputusan tersebut dibuat dan jika terjadi ketidak jelasan
dalam struktur pembuat keputusan atau peraturan maka akan dapat mempengaruhi kinerja seorang pegawai dalam organisasi.
4. Organizational Leadership
Berkaitan dengan peran yang akan dilakukan
oleh seorang pimpinan dalam suatu
organisasi. Karakteristik pemimpin menurut Robbins (2001) dibagi dua yaitu karakteristik pemimpin yang lebih
mengutamakan atau menekankan pada hubungan yang secara langsung antara pemimpin
dengan pegawainya serta karakteristik pemimpin yang
hanya mengutamakan atau menekankan pada hal pekerjaan saja.
Empat faktor organisasi di atas juga akan
menjadi batasan dalam mengukur tingginya tingkat stres. Pengertian dari tingkat
stres itu sendiri adalah muncul dari adanya kondisi-kondisi suatu pekerjaan
atau masalah yang timbul yang tidak diinginkan oleh individu dalam mencapai
suatu kesempatan, batasan-batasan, atau permintaan-permintaan dimana semuanya
itu berhubungan dengan keinginannya dan dimana hasilnya diterima sebagai
sesuatu yang tidak pasti tapi penting .
3.
Faktor Individu
Pada dasarnya, faktor yang
terkait dalam hal ini muncul dari dalam keluarga, masalah ekonomi pribadi dan
karakteristik pribadi dari keturunan. Hubungan pribadi antara keluarga yang
kurang baik akan menimbulkan akibat pada pekerjaan yang akan dilakukan karena
akibat tersebut dapat terbawa dalam pekerjaan seseorang. Sedangkan masalah
ekonomi tergantung dari bagaimana seseorang tersebut dapat menghasilkan
penghasilan yang cukup bagi kebutuhan keluarga serta dapat menjalankan keuangan
tersebut dengan seperlunya.
2.3.4. Manfaat stres kerja
Pada umumnya stres kerja lebih banyak
merugikan diri pegawai
maupun instansi. Pada diri pegawai,
konsekuensi tersebut dapat berupa menurunnya gairah kerja, kecemasan yang
tinggi, frustrasi dan sebagainya. Konsekuensi pada pegawai ini tidak hanya berhubungan dengan aktivitas
kerja saja, tetapi dapat meluas ke aktivitas lain di luar pekerjaan. Seperti
tidak dapat tidur dengan tenang, selera makan berkurang, kurang mampu
berkonsentrasi, dan sebagainya (Rice, 1999 dalam Anies
(2005:123).
Tetapi di sisi lain stres juga bersifat
positif bagi individu dimana pegawai
yang mampu mengatasi dan mengubah stres menjadi motivasi (dorongan) agar lebih
maju dimana prestasi kerjanya meningkat, lebih cekatan dalam bekerja, lebih
teliti, dan mampu menyelesaikan pekerjaan dengan memuaskan.
Bagi organisasi atau instansi,
konsekuensi negatif yang timbul dari stres kerja bersifat tidak langsung adalah
meningkatnya tingkat absensi, menurunnya tingkat produktivitas, dan secara
psikologis dapat menurunkan komitmen organisasi, hingga turnover. Sedangkan dampak positif stres terhadap organisasi atau
perusahaan adalah dimana produktivitas perusahaan meningkat, daya saing
perusahaan yang meningkat, kualitas output
yang baik, tingkat absensi pegawai
menurun, kepuasan kerja pegawai
meningkat sehingga dapat tercapainya tujuan organisasi atau instansi.
Pengelolaan stres dalam organisasi atau instansi
sangatlah penting dimana pegawai maupun instansi akan mengalami dampak dari stres tersebut.
Pengelolaan stres yang baik akan berpengaruh positif bagi organisasi atau instansi
maupun pegawai. Sedangkan pengelolaan stres yang buruk akan
berdampak negatif bagi organisasi atau instansi maupun pegawai.
2.3.5. Indikator stres kerja
Indikator dari stres kerja menurut Robbins (2006) dalam www.unika.ac.id/staff/blog/kristiana/341
diakses tanggal 24-9-2013, yaitu:
1.
Tuntutan tugas, merupakan faktor yang dikaitkan pada pekerjaan
seseorang seperti kondisi kerja, tata kerja letak fisik.
2.
Tuntutan peran, berhubungan dengan tekanan yang diberikan pada
seseorang sebagai suatu fungsi dari peran tertentu yang dimainkan dalam suatu
organisasi.
3.
Tuntutan antar pribadi, merupakan tekanan yang diciptakan oleh pegawai
lain.
4.
Struktur organisasi, gambaran instansi
yang diwarnai dengan struktur organisasi yang tidak jelas, kurangnya kejelasan
mengenai jabatan, peran, wewenang, dan tanggung jawab.
5.
Kepemimpinan organisasi memberikan gaya manajemen pada
organisasi. beberapa pihak didalamnya dapat membuat iklim organisasi yang
melibatkan ketegangan, ketakutan dan kecemasan.
Indikator stres kerja menurut
Mulyadi (2003:90) yaitu :
1.Kondisi pekerjaan,
meliputi : beban kerja berlebihan, jadwal bekerja.
2.Stres karena peran,
antara lain : Ketidakjelasan peran.
3.
Faktor interpersonal, meliputi : Kerjasama
antar teman, hubungan dengan pimpinan.
4.
Perkembangan karier, meliputi: Promosi
kejabatan yang lebih rendah dari kemampuannya, promosi kejabatan yang lebih
tinggi dari kemampuannya, keamanan pekerjaannya.
5.Struktur organisasi,
antara lain : struktur yang kaku dan tidak bershabat, pengawasan dan pelatihan
yang tidak seimbang, ketidakterlibatan dalam membuat keputusan.
permisi mau minta referensi buku yang dapat ini ???
BalasHapuspermisi bisa minta refernsi bukunya robbins kak... makasih sebelumnya.. mohon bantuan referensinya
BalasHapusmaaf, bisa minta referensi buku nya robbins gak pak?
BalasHapusmaaf, bisa minta referensi buku nya robbins gak pak?
BalasHapusThanks infonya. Oiya ngomongin stres, ternyata ada loh sejumlah cara ampuh yang bisa dilakukan untuk mengatasinya. Dan ini bisa dilakukan pas akhir pekan. Apa saja itu? Yuk cek jawabannya di sini: Atasi stres saat akhir pekan
BalasHapusMaaf . Bisa minta referensi bukunya robbins gak pak
BalasHapuskak lain kali kalau mau buat esai harus sertakan referensi ya agar tidak dicap plagiarisme
BalasHapus
BalasHapusThanks infonya. Oiya ngomongin stres di pekerjaan, ternyata ada loh cara sederhana untuk mengatasinya. Penasaran kayak apa? Cek di sini ya: Cara mudah atasi stres di kantor, simak baik-baik
https://www.cekaja.com/info/raup-untung-jadi-dropship-modal-kartu-kredit-dari-7-ide-bisnis-berikut
BalasHapus