a. Pengertian
Budaya Organisasi
Budaya organisasi adalah suatu
falsafah yang didasari oleh pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi
sifat, kebiasaan dan kekuatan pendorong, membudaya dalam kehidupan suatu
kelompok masyarakat atau organisasi, kemudian tercermin dari sikap menjadi
perilaku, kepercayaan, cita-cita, pendapat dan tindakan yang terwujud sebagai
“kerja” atau “bekerja”. Melaksanakan budaya kerja mempunyai arti yang sangat
dalam, karena akan merubah sikap dan perilaku sumber daya manusia untuk
mencapai produktivitas kerja yang lebih tinggi dalam menghadapi tantangan masa
depan (Mulia, 2011).
Menurut Green & Baron dalam
(Mulia, 2011), mengemukakan budaya organisasi atau perusahaan adalah suatu
kerangka kognitif yang berisi sikap, nilai, norma perilaku, dan harapan yang
diyakini bersama oleh anggota-anggota organisasi. Sedangkan menurut Matsumoto
dalam (Moejiono, 2005), mendefinisikan budaya organisasi sebagi perangkat
sikap, nilai-nilai, keyakinan, dan perilaku yang dipegang oleh sekelompok orang
dan dikomunikasikan dari generasi ke generasi berikutnya.
Pendapat Chatab (2007:10) mengenai
budaya organisasi yaitu merupakan keyakinan, tata nilai dan persepsi umumyang
dianut secara luas dalam mmembentuk dan memberi arti kepada perilaku karyawan
sehingga menjadi kebiasaan yang relatif sulit diubah.Sedangkan menurut Robbins
(2001) dalam Chatab (2007:10) menyebutkan budaya organisasi merupakan suatu
sistem dari makna atau arti besama yang dianut oleh para anggotanya yang
membedakan organisasi dari organisasi lainnya.
Demikian dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi
adalah basic atau dasar pendapat dan
kepercayaan juga nilai praktek yang dimiliki bersama-sama oleh seluruh civitas
dalam suatu organisasi. Bagi perusahaan penerpan budaya organisasi dianggap
perlu karena budaya organisasi merupakan suatu prinsip bisnis dan tradisi yang
dianut oleh seluruh karyawan disuatu perusahaan atau organisasi yang menjadi
sumber bergerak dan pola perilaku karyawan sehingga dianggap sebagai salah satu
pemicu kesuksesan sebuah perusahaan dalam mewujudkan tujuannya.
b. Fungsi
Budaya Organisasi
Menurut Luthans (1998) dalam Riani
(2011:8) budaya organisasi dapat berfungsi sebgai berikut :
1.
Memberi
sence of identitykepada anggota
organisasi untuk memahami visi, misi dan menjadi bagian integral dari
organisasi.
2.
Menghasilkan
dan meningkatkan komitmen terhadap misi organisasi.
3.
Memberikan
arah dan memperkuat standar perilaku untuk mengendalikan perilaku organisasi
agar melaksanakan tugas dan tanggung jawab mereka secara efektif dan efisien
untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi yang telah disepakati bersama.
Menurut Tika (2006:14) fungsi budaya
organisasi antara lain sebagai berikut :
1.
Sebgai
alat komunikasi.
2.
Sebgai
batas pembeda terhapap lingkungan, organisasi, maupun kelompok lain.
3.
Sebagai
penghambat berinovasi.
4.
Sebagai
perangkat bagi karyawan dalam suatu organisasi.
5.
Mempromosikan
stabilitas system social.
6.
Sebagai
mekanisme kontrol dalam memandu dan membentuk sikap serta perilaku karyawan.
7.
Membentuk
perilaku bagi karyawan.
8.
Sebagai
acuan untuk menyusun perencanaan perusahaan dan sebagai integrator.
9.
Sebagai
sarana untuk menyelesaikan masalah-masalah pokok organisasi.
Sedangkan Robbins (2001) menyebutkan
fungsi budaya organisasi sebagai berikut :
1.
Untuk
menetapkan tapal tanpa batas. Artinya, budaya menciptakan pembedaan yang jelas
antara satu organisasi dengan organisasi lainnya.
2.
Budaya
membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.
3.
Budaya
mempermudah timbulnya komitmen pada suatu yang lebih luas dari pada kepentingan
diri pribadi seseorang.
4.
Meningkatkan
kemantapan system social. Artinya,
budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi dengan
memberikan standard-standard yang tepat pada apa yang harus dikatakan dan
dilakukan oleh karyawan.
c. Sumber
Budaya Organisasi
Budaya organisasi diciptakan tidak
hanya dari satu sumber saja melainkan dari berbagai pihak yang mempunyai
berkaitan dengan organisasi tersebut. Menurut Prabunegara (2008) dalam Rifai
(2010:20) menyebutkan ada beberapa sumber-sumber budaya organisasi, sebagai
beikut :
1.
Pendiri
Organisasi
Pendiri organisasi sangat mewarnai
budaya, yaitu bagaimana visi mereka tehadap organisasi yang telah didirikan
sangat berpengaruh pada iklim organisasi perusahaan.Para pendiri organisasi
yang memiliki visi dan aksi sangat penting dalam memantapkan budaya organisasi
yang konsisten dan sesuai dengan kondisi lingkungan internal.
2.
Pemilik
Organisasi
Pemilik organisasi harus mampu
mematuhi sistem nilai dan norma-norma yang berlaku didalam organisasi.
Konsisten dalam mematuhi sistem nilai dan norma-norma yang berlaku tersebut
akan menjadikan organisasi memiliki sistem nilai (budaya organisasi yang kuat).
3.
Sumber
Daya manusia
Sumber daya internal organisasi adalah
pimpinan, manajer dan karyawan.Sedangkan sumber daya ekstenal organisasi adalah
orang-orang diluar organisasi yang bersangkutan dan ikut andildalam pembinaan
dan pengembangan.Mereka adalah konsultan perusahaan.
4.
Pihak
Yang Berkepentingan
Pihak-pihak yang bekepentingan
terhadap organisasi selain pimpinan, manajer dan karyawan adalah pihak
pemerintah, bank-bank dan mitra usaha.
5.
Masyarakat
Masyarakat sebagai pelanggan
(konsumen) merupakan sumber nilai yang dapat menyumbangkan budaya sebagai input
melalui berbagai media masa dengan menggunakan teknologi informasi. Hubungan
timbal balik antar organisasi dengan masyarakat dapat membeikan kontribusi yang
positif baik bagi kepentingan masyarakat maupun organisasi yang bersangkutan.
Sedangkan menurut Tosi, Rizzo, Carrol seperti yang dikutip oleh Munandar
(2001:264), budaya organisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor sumber, antara
lain:
1.
Pengaruh umum dari luar yang luas
Mencakup
faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan atau hanya sedikit dapat
dikendalikan oleh organisasi.
2.
Pengaruh dari nilai-nilai yang ada di
masyarakat
Keyakinan-keyakinan
dan nilai-nilai yang dominan dari masyarakat luas misalnya kesopansantunan dan
kebersihan.
3.
Faktor-faktor yang spesifik dari
organisasi
Organisasi
selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam mengatasi baik masalah
eksternal maupun internal organisasi akan mendapatkan penyelesaian-penyelesaian
yang berhasil. Keberhasilan mengatasi berbagai masalah tersebut merupakan dasar
bagi tumbuhnya budaya organisasi.
d. Pembentukan
Budaya Organisasi
Membentuk budaya organisasi yang kuat
memerlukan waktu yang cukup lama dan bertahap. Di dalam perjalanannya sebuah organisasi
mengalami pasang surut, dan menerapkan budaya organisasi yang berbeda dari satu
waktu ke waktu yang lain. Budaya bisa dilihat sebagai suatu hal yang
mengelilingi kehidupan orang banyak dari hari ke hari, bisa direkayasa dan
dibentuk. Jika budaya dikecilkan
cakupannya ketingkat organisasi atau bahkan kekelompok yang lebih kecil, akan
dapat terlihat bagaimana budaya terbentuk, ditanamkan,berkembang, dan akhirnya,
direkayasa, diatur dan diubah (Robbins, 2003).
Menurut Robbins (2003), Budaya Organisasi
dapat dibentuk melalui beberapa cara. Cara tersebut biasanya melalui beberapa
tahap yaitu:
1.
Seseorang
(pendiri) mempunyai sejumlah ide atau gagasan tetntang suatu pembentukan
organisasi baru.
2.
Pendiri
membawa satu atau lebih orang-orang kunci yang merupakan para pemikir dan
membentuk sebuah kelompok inti yang mempunyai visi yang sama dengan pendiri.
3.
Kelompok
tersebut memulai serangkaian tindakan untuk menciptakan sebuah organisasi. Menentukan
jenis dan tempat usaha, dan lain - lain mengenai suatu hal yang relevan.
4.
Langkah
terakhir yaitu orang-orang lain dibawa masuk kedalam organisasi untuk berkarya
bersama-sama dengan pendiri dan kelompok inti dan pada akhirnya memulai sebuah
pembentukan sejarah bersama.
Perusahaan mempunyai budaya yang
berbeda, tergantung dari apa yang dianut oleh pemimpin ketika membentuk
organisasi tersebut. Budaya dapat bersifat kuat atau lemah, selain itu ada juga
budaya yang salah dan sulit diubah, semua itu tergantung pada saat komitmen
yang ingin dicapai dalam mendirikan organisasi. Budaya organisasi banyak
berpengaruh pada pola perilaku dalam bidang menurut Schein (1985) dalam
Khoirusmadi (2011), yaitu:
1) Nilai-nilai perusahaan (masalah
baik-buruk, masalah etika).
2) Suasana organisasi (bagaimana orang
merasa dan beraksi).
3) Gaya kepemimpinan (dalam melakukan
wewenang).
e. Ciri
– Ciri Budaya Organisasi
Menurut Munandar (2001) pada umumnya
budaya organisasi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Satu kesatuan yang integral
dan saling terkait.
2. Refleksi sejarah dari
organisasi yang bersangkutan.
3. Berkaitan dengan hal-hal yang
dipelajari oleh para antropolog, seperti ritual, simbol, cerita dan ketokohan.
4. Dibangun secara sosial dalam
pengertian bahwa budaya organisasi lahir dari konsesus bersama dari sekelompok
orang yang mendirikan organisasi Wellnesstersebut.
5. Sulit diubah.
Menurut
Putra (2009) setiap budaya organisasi menunjukkan ciri-ciri tertentu berskala
organisasi yang bersifat homogen (sama) semua budaya ini harus dipahami dan
dipadukan, jika organisasi itu ingin bekerja efektif ada ciri budaya organisasi dasar yang
bersifat universal yaitu:
1.
Kebudayaan itu dipelajari bukan
bersifat instingtif.
2.
Kebudayaan itu ditanamkan.
3.
Kebudayaan itu bersifat gagasan
(idetional), kebiasaan-kebiasaan kelompok yang dikonsepsikan atau diungkapkan
sebagai norma-norma ideal atau pola perilaku.
4.
Kebudayaan itu sampai pada suatu
tingkat meuaskan individu, memuaskan kebutuhan biologis dan kebutuhan ikutan
liannya.
5.
Kebudayaan itu bersifat integratif.
6.
Selalu ada tekanan ke arah konsistensi
dalam setiap kebudayaan.
7.
Kebudayaan itu dapat menyesuaikan.
f. Dimensi
Budaya Organisasi
Robbiins
dalam Rivai (2007:434) mengemukakan 7 karakteristik dimensi budaya organisasi,
yaitu :
1.
Inovasi dan
pengambilan resiko, sejauh mana para karyawan didorong untuk inovatif dan
mengambil resiko.
2.
Perhatian,
sejauh mana karyawan diharapkan memperhatikan presisi (kecermatan dan
analisis).
3.
Orientasi
hasil, sejauh mana manajemen memfokuskan pada hasil, bukan pada teknik dan
proses.
4.
Orentasi
orang, yaitu sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan efek keberhasilan
orang-orang didalam organisasi.
5.
Orentasi
tim, yaitu sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan kepada tim bukannya
individu-individu.
6.
Keagresifan,
sejauh mana orang-orang itu agresif (kreatif) dan kompetitif.
7.
Kemantapan,
yaitu sejauh mana kegiatan organisasi menekankan dipertahankannya status qou.
Sedangkan menurut Robbins dalam
Saputra (2009) menyebutkan dimensi utama dalam budaya organisasi, yaitu:
1. Inisiatif individual yaitu
tingkat tanggung jawab, kebebasan, dan independensi yang dipunyai individu.
2. Toleransi terhadap tindakan
beresiko yaitu sejauh mana para karyawan dianjurkan untuk bertindak agresif,
inovatif, dan mengambil resiko.
3. Arah yaitu sejauh mana
organisasi tersebut menciptakan dengan jelas sasaran dan hararapan mengenai
prestasi.
4. Integrasi yaitu tingkat sejauh
mana unit-unit dalam organisasi didorong untuk bekerja dengan cara yang
terkoordinasi.
5. Dukungan dari manajemen yaitu
sejauh mana tingkat para manajer memberi komukasi yang jelas, bantuan, serta
dukungan terhadap bawahan mereka.
6.
Kontrol yaitu jumlah peraturan dan
pengawasan langsung yang digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku
pegawai.
7.
Identitas yaitu tingkat sejauh mana
para anggota mengidentifikasi dirinya secara keseluruhan dengan organisasinya
ketimbang dengan kelompok kerja tertentu atau dengan bidang keahlian
professional.
8.
Sistem imbalan adalah tingkat sejauh
mana alokasi imbalan (misal, kenaikan gaji, promosi) didasarkan atas criteria
prestasi pegawai sebagai kebalikan dari senioritas, sikap pilih kasih, dan
sebagainya.
9.
Toleransi terhadap konflik yaitu
tingkat sejauh mana para pegawai didorong untuk mengemukakan konflik dan kritik
secara terbuka.
10.
Pola-pola komunikasi tingkat sejauh
mana komunikasi organisasi dibatasi oleh hierarki kewenangan yang formal.
Menurut
Luthans (2007) karakteristik penting budaya organisasi mencakup sebagai
berikut:
1.
Keteraturan perilaku yang dijalankan,
seperti pemakaian bahasa atau terminologi yang sama.
2.
Norma, seperti standar perilaku yang
ada pada suatu organisasi atau kominitas.
3.
Nilai yang dominan, seperti mutu
produk yang tinggi, efiseinsi yang tinggi.
4.
Filosofi, seperti kebijakan bagaimana
pekerja diperlakukan.
5.
Aturan, seperti tuntunan bagi pekerja baru
untuk bekerja didalam organisasi.
6. Iklim
organisasi, seperti cara para anggota organisasi berinteraksi dengan pelanggan
internal dan eksternal atau pengaturan tata letak bekerja (secara fisik).
g. Faktor - Faktor Budaya
Organisasi
Budaya
organisasi atau perusahaan merupakan sesuatu hal yang sangat kompleks untuk itu
budaya perusahaan harus memiliki beberapa faktor sebagai wujud nyata
keberadannya. Masing-masing faktor tersebut pada penerapannya akan mendukung
pencapaian sasaran perusahaan.
Menurut
Robbins dalam Dhalimunte (2009:20) ada beberapa faktor budaya organisasi yang
disebutkan, yaitu :
1. Inisiatif
Individual
Yaitu
tingkat tanggung jawab, kebebasab atau indepedensi yang dipunyai setiap anggota
organisasi dalam mengemukakan pendapat, inisiatif individual tersebut perlu
dihargai oleh kelompok atau pimpinan suatu organisasi sepanjang menyangkut ide
untuk memajukan dan mengembangkan organisasi/perusahaan.
2. Integrasi
Integrasi
yang dimaksud yaitu sejauh mana organisasi atau perusahaan dapat mendorong
unit-unit organisasi untuk bekerja dengan cara terkoordinasi. Kekompakan
unit-unit tersebut dapat mendorong kualitas dan kuantitas pekerjaan yang
dihasilkan.
3. Pola
Komunikasi
Sejauh mana
komunikasi dibatasi oleh hirarki kewenangan yang formal, kadang-kadang hirarki
kewenangan dapat menghambat terjadinya pola komunikasi antara atasan dan
bawahan atau antar karyawan itu sendiri.
4. Kontrol
Alat kontrol
yang dapat dipakai adalah peraturan-peraturan atau norma-norma yang berlaku
didalam suatu organisasi atau perusahaan.
5. Pengarahan
Pengarahan
yang dimaksudkan sejauh mana organisasi atau perusahaan dapat menciptakan
dengan jelas sasaran dan harapan yang diinginkan.Sasaran dan harapan tersebut
jelas tercantum dalam visi, misi dan tujuan organisasi.
Menurut
Heriyanti (2007) budaya organisasi dapat dipecah menjadi tiga faktor mendasar,
yaitu :
1. Faktor
struktural, yang ditentukan oleh ukuran, umur, dan sejarah perusahaan, tiga
operasi, lokasi geografis perusahaan jenis industri.
2. Faktor
politis, yang ditentukan oleh distribusi kekuasaan dan cara-cara pengambilan
keputusan manajerial.
3. Faktor
emosional, merupakan pemikiran kolektif, kebiasaan, sikap, perasaan dan
pola-pola perilaku.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar