widgeo.net

Senin, 17 Februari 2014

TEORI-TEORI BUDAYA ORGANISASI



a.   Pengertian Budaya Organisasi
Budaya organisasi adalah suatu falsafah yang didasari oleh pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan kekuatan pendorong, membudaya dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat atau organisasi, kemudian tercermin dari sikap menjadi perilaku, kepercayaan, cita-cita, pendapat dan tindakan yang terwujud sebagai “kerja” atau “bekerja”. Melaksanakan budaya kerja mempunyai arti yang sangat dalam, karena akan merubah sikap dan perilaku sumber daya manusia untuk mencapai produktivitas kerja yang lebih tinggi dalam menghadapi tantangan masa depan (Mulia, 2011).
Menurut Green & Baron dalam (Mulia, 2011), mengemukakan budaya organisasi atau perusahaan adalah suatu kerangka kognitif yang berisi sikap, nilai, norma perilaku, dan harapan yang diyakini bersama oleh anggota-anggota organisasi. Sedangkan menurut Matsumoto dalam (Moejiono, 2005), mendefinisikan budaya organisasi sebagi perangkat sikap, nilai-nilai, keyakinan, dan perilaku yang dipegang oleh sekelompok orang dan dikomunikasikan dari generasi ke generasi berikutnya.
Pendapat Chatab (2007:10) mengenai budaya organisasi yaitu merupakan keyakinan, tata nilai dan persepsi umumyang dianut secara luas dalam mmembentuk dan memberi arti kepada perilaku karyawan sehingga menjadi kebiasaan yang relatif sulit diubah.Sedangkan menurut Robbins (2001) dalam Chatab (2007:10) menyebutkan budaya organisasi merupakan suatu sistem dari makna atau arti besama yang dianut oleh para anggotanya yang membedakan organisasi dari organisasi lainnya.
Demikian  dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi adalah basic atau dasar pendapat dan kepercayaan juga nilai praktek yang dimiliki bersama-sama oleh seluruh civitas dalam suatu organisasi. Bagi perusahaan penerpan budaya organisasi dianggap perlu karena budaya organisasi merupakan suatu prinsip bisnis dan tradisi yang dianut oleh seluruh karyawan disuatu perusahaan atau organisasi yang menjadi sumber bergerak dan pola perilaku karyawan sehingga dianggap sebagai salah satu pemicu kesuksesan sebuah perusahaan dalam mewujudkan tujuannya.

b.  Fungsi Budaya Organisasi
Menurut Luthans (1998) dalam Riani (2011:8) budaya organisasi dapat berfungsi sebgai berikut :
1.   Memberi sence of identitykepada anggota organisasi untuk memahami visi, misi dan menjadi bagian integral dari organisasi.
2.   Menghasilkan dan meningkatkan komitmen terhadap misi organisasi.
3.   Memberikan arah dan memperkuat standar perilaku untuk mengendalikan perilaku organisasi agar melaksanakan tugas dan tanggung jawab mereka secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi yang telah disepakati bersama.
Menurut Tika (2006:14) fungsi budaya organisasi antara lain sebagai berikut :
1.   Sebgai alat komunikasi.
2.   Sebgai batas pembeda terhapap lingkungan, organisasi, maupun kelompok lain.
3.   Sebagai penghambat berinovasi.
4.   Sebagai perangkat bagi karyawan dalam suatu organisasi.
5.   Mempromosikan stabilitas system social.
6.   Sebagai mekanisme kontrol dalam memandu dan membentuk sikap serta perilaku karyawan.
7.   Membentuk perilaku bagi karyawan.
8.   Sebagai acuan untuk menyusun perencanaan perusahaan dan sebagai integrator.
9.   Sebagai sarana untuk menyelesaikan masalah-masalah pokok organisasi.
Sedangkan Robbins (2001) menyebutkan fungsi budaya organisasi sebagai berikut :
1.   Untuk menetapkan tapal tanpa batas. Artinya, budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dengan organisasi lainnya.
2.   Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.
3.   Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada suatu yang lebih luas dari pada kepentingan diri pribadi seseorang.
4.   Meningkatkan kemantapan system social. Artinya, budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi dengan memberikan standard-standard yang tepat pada apa yang harus dikatakan dan dilakukan oleh karyawan.

c.   Sumber Budaya Organisasi
Budaya organisasi diciptakan tidak hanya dari satu sumber saja melainkan dari berbagai pihak yang mempunyai berkaitan dengan organisasi tersebut. Menurut Prabunegara (2008) dalam Rifai (2010:20) menyebutkan ada beberapa sumber-sumber budaya organisasi, sebagai beikut :
1.   Pendiri Organisasi
Pendiri organisasi sangat mewarnai budaya, yaitu bagaimana visi mereka tehadap organisasi yang telah didirikan sangat berpengaruh pada iklim organisasi perusahaan.Para pendiri organisasi yang memiliki visi dan aksi sangat penting dalam memantapkan budaya organisasi yang konsisten dan sesuai dengan kondisi lingkungan internal.
2.   Pemilik Organisasi
Pemilik organisasi harus mampu mematuhi sistem nilai dan norma-norma yang berlaku didalam organisasi. Konsisten dalam mematuhi sistem nilai dan norma-norma yang berlaku tersebut akan menjadikan organisasi memiliki sistem nilai (budaya organisasi yang kuat).
3.   Sumber Daya manusia
Sumber daya internal organisasi adalah pimpinan, manajer dan karyawan.Sedangkan sumber daya ekstenal organisasi adalah orang-orang diluar organisasi yang bersangkutan dan ikut andildalam pembinaan dan pengembangan.Mereka adalah konsultan perusahaan.
4.   Pihak Yang Berkepentingan
Pihak-pihak yang bekepentingan terhadap organisasi selain pimpinan, manajer dan karyawan adalah pihak pemerintah, bank-bank dan mitra usaha.
5.   Masyarakat
Masyarakat sebagai pelanggan (konsumen) merupakan sumber nilai yang dapat menyumbangkan budaya sebagai input melalui berbagai media masa dengan menggunakan teknologi informasi. Hubungan timbal balik antar organisasi dengan masyarakat dapat membeikan kontribusi yang positif baik bagi kepentingan masyarakat maupun organisasi yang bersangkutan.
Sedangkan menurut Tosi, Rizzo, Carrol seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:264), budaya organisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor sumber, antara lain:
1.   Pengaruh umum dari luar yang luas
Mencakup faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan atau hanya sedikit dapat dikendalikan oleh organisasi.
2.   Pengaruh dari nilai-nilai yang ada di masyarakat
Keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai yang dominan dari masyarakat luas misalnya kesopansantunan dan kebersihan.
3.   Faktor-faktor yang spesifik dari organisasi
Organisasi selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam mengatasi baik masalah eksternal maupun internal organisasi akan mendapatkan penyelesaian-penyelesaian yang berhasil. Keberhasilan mengatasi berbagai masalah tersebut merupakan dasar bagi tumbuhnya budaya organisasi.

d.  Pembentukan Budaya Organisasi
Membentuk budaya organisasi yang kuat memerlukan waktu yang cukup lama dan bertahap. Di dalam perjalanannya sebuah organisasi mengalami pasang surut, dan menerapkan budaya organisasi yang berbeda dari satu waktu ke waktu yang lain. Budaya bisa dilihat sebagai suatu hal yang mengelilingi kehidupan orang banyak dari hari ke hari, bisa direkayasa dan dibentuk.  Jika budaya dikecilkan cakupannya ketingkat organisasi atau bahkan kekelompok yang lebih kecil, akan dapat terlihat bagaimana budaya terbentuk, ditanamkan,berkembang, dan akhirnya, direkayasa, diatur dan diubah (Robbins, 2003).
Menurut Robbins (2003), Budaya Organisasi dapat dibentuk melalui beberapa cara. Cara tersebut biasanya melalui beberapa tahap yaitu:
1.   Seseorang (pendiri) mempunyai sejumlah ide atau gagasan tetntang suatu pembentukan organisasi baru.
2.   Pendiri membawa satu atau lebih orang-orang kunci yang merupakan para pemikir dan membentuk sebuah kelompok inti yang mempunyai visi yang sama dengan pendiri.
3.   Kelompok tersebut memulai serangkaian tindakan untuk menciptakan sebuah organisasi. Menentukan jenis dan tempat usaha, dan lain - lain mengenai suatu hal yang relevan.
4.   Langkah terakhir yaitu orang-orang lain dibawa masuk kedalam organisasi untuk berkarya bersama-sama dengan pendiri dan kelompok inti dan pada akhirnya memulai sebuah pembentukan sejarah bersama.
Perusahaan mempunyai budaya yang berbeda, tergantung dari apa yang dianut oleh pemimpin ketika membentuk organisasi tersebut. Budaya dapat bersifat kuat atau lemah, selain itu ada juga budaya yang salah dan sulit diubah, semua itu tergantung pada saat komitmen yang ingin dicapai dalam mendirikan organisasi. Budaya organisasi banyak berpengaruh pada pola perilaku dalam bidang menurut Schein (1985) dalam Khoirusmadi (2011), yaitu:
1) Nilai-nilai perusahaan (masalah baik-buruk, masalah etika).
2) Suasana organisasi (bagaimana orang merasa dan beraksi).
3) Gaya kepemimpinan (dalam melakukan wewenang).

e.   Ciri – Ciri Budaya Organisasi
Menurut Munandar (2001) pada umumnya budaya organisasi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1.   Satu kesatuan yang integral dan saling terkait.
2.   Refleksi sejarah dari organisasi yang bersangkutan.
3.   Berkaitan dengan hal-hal yang dipelajari oleh para antropolog, seperti ritual, simbol, cerita dan ketokohan.
4.   Dibangun secara sosial dalam pengertian bahwa budaya organisasi lahir dari konsesus bersama dari sekelompok orang yang mendirikan organisasi Wellnesstersebut.
5.   Sulit diubah.
Menurut Putra (2009) setiap budaya organisasi menunjukkan ciri-ciri tertentu berskala organisasi yang bersifat homogen (sama) semua budaya ini harus dipahami dan dipadukan, jika organisasi itu ingin bekerja efektif  ada ciri budaya organisasi dasar yang bersifat universal yaitu:
1.   Kebudayaan itu dipelajari bukan bersifat instingtif.
2.   Kebudayaan itu ditanamkan.
3.   Kebudayaan itu bersifat gagasan (idetional), kebiasaan-kebiasaan kelompok yang dikonsepsikan atau diungkapkan sebagai norma-norma ideal atau pola perilaku.
4.   Kebudayaan itu sampai pada suatu tingkat meuaskan individu, memuaskan kebutuhan biologis dan kebutuhan ikutan liannya.
5.   Kebudayaan itu bersifat integratif.
6.   Selalu ada tekanan ke arah konsistensi dalam setiap kebudayaan.
7.   Kebudayaan itu dapat menyesuaikan.

f.    Dimensi Budaya Organisasi
Robbiins dalam Rivai (2007:434) mengemukakan 7 karakteristik dimensi budaya organisasi, yaitu :
1.   Inovasi dan pengambilan resiko, sejauh mana para karyawan didorong untuk inovatif dan mengambil resiko.
2.   Perhatian, sejauh mana karyawan diharapkan memperhatikan presisi (kecermatan dan analisis).
3.   Orientasi hasil, sejauh mana manajemen memfokuskan pada hasil, bukan pada teknik dan proses.
4.   Orentasi orang, yaitu sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan efek keberhasilan orang-orang didalam organisasi.
5.   Orentasi tim, yaitu sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan kepada tim bukannya individu-individu.
6.   Keagresifan, sejauh mana orang-orang itu agresif (kreatif) dan kompetitif.
7.   Kemantapan, yaitu sejauh mana kegiatan organisasi menekankan dipertahankannya status qou.
Sedangkan menurut Robbins dalam Saputra (2009) menyebutkan dimensi utama dalam budaya organisasi, yaitu:
1.   Inisiatif individual yaitu tingkat tanggung jawab, kebebasan, dan independensi yang dipunyai individu.
2.   Toleransi terhadap tindakan beresiko yaitu sejauh mana para karyawan dianjurkan untuk bertindak agresif, inovatif, dan mengambil resiko.
3.   Arah yaitu sejauh mana organisasi tersebut menciptakan dengan jelas sasaran dan hararapan mengenai prestasi.
4.   Integrasi yaitu tingkat sejauh mana unit-unit dalam organisasi didorong untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi.
5.   Dukungan dari manajemen yaitu sejauh mana tingkat para manajer memberi komukasi yang jelas, bantuan, serta dukungan terhadap bawahan mereka.
6.   Kontrol yaitu jumlah peraturan dan pengawasan langsung yang digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku pegawai.
7.   Identitas yaitu tingkat sejauh mana para anggota mengidentifikasi dirinya secara keseluruhan dengan organisasinya ketimbang dengan kelompok kerja tertentu atau dengan bidang keahlian professional.
8.   Sistem imbalan adalah tingkat sejauh mana alokasi imbalan (misal, kenaikan gaji, promosi) didasarkan atas criteria prestasi pegawai sebagai kebalikan dari senioritas, sikap pilih kasih, dan sebagainya.
9.   Toleransi terhadap konflik yaitu tingkat sejauh mana para pegawai didorong untuk mengemukakan konflik dan kritik secara terbuka.
10.   Pola-pola komunikasi tingkat sejauh mana komunikasi organisasi dibatasi oleh hierarki kewenangan yang formal.
Menurut Luthans (2007) karakteristik penting budaya organisasi mencakup sebagai berikut:
1.   Keteraturan perilaku yang dijalankan, seperti pemakaian bahasa atau terminologi yang sama.
2.   Norma, seperti standar perilaku yang ada pada suatu organisasi atau kominitas.
3.   Nilai yang dominan, seperti mutu produk yang tinggi, efiseinsi yang tinggi.
4.   Filosofi, seperti kebijakan bagaimana pekerja diperlakukan.
5.    Aturan, seperti tuntunan bagi pekerja baru untuk bekerja didalam organisasi.
6.   Iklim organisasi, seperti cara para anggota organisasi berinteraksi dengan pelanggan internal dan eksternal atau pengaturan tata letak bekerja (secara fisik).

g.  Faktor - Faktor Budaya Organisasi
Budaya organisasi atau perusahaan merupakan sesuatu hal yang sangat kompleks untuk itu budaya perusahaan harus memiliki beberapa faktor sebagai wujud nyata keberadannya. Masing-masing faktor tersebut pada penerapannya akan mendukung pencapaian sasaran perusahaan.
Menurut Robbins dalam Dhalimunte (2009:20) ada beberapa faktor budaya organisasi yang disebutkan, yaitu :
1.   Inisiatif Individual
Yaitu tingkat tanggung jawab, kebebasab atau indepedensi yang dipunyai setiap anggota organisasi dalam mengemukakan pendapat, inisiatif individual tersebut perlu dihargai oleh kelompok atau pimpinan suatu organisasi sepanjang menyangkut ide untuk memajukan dan mengembangkan organisasi/perusahaan.
2.   Integrasi
Integrasi yang dimaksud yaitu sejauh mana organisasi atau perusahaan dapat mendorong unit-unit organisasi untuk bekerja dengan cara terkoordinasi. Kekompakan unit-unit tersebut dapat mendorong kualitas dan kuantitas pekerjaan yang dihasilkan.
3.   Pola Komunikasi
Sejauh mana komunikasi dibatasi oleh hirarki kewenangan yang formal, kadang-kadang hirarki kewenangan dapat menghambat terjadinya pola komunikasi antara atasan dan bawahan atau antar karyawan itu sendiri.
4.   Kontrol
Alat kontrol yang dapat dipakai adalah peraturan-peraturan atau norma-norma yang berlaku didalam suatu organisasi atau perusahaan.
5.   Pengarahan
Pengarahan yang dimaksudkan sejauh mana organisasi atau perusahaan dapat menciptakan dengan jelas sasaran dan harapan yang diinginkan.Sasaran dan harapan tersebut jelas tercantum dalam visi, misi dan tujuan organisasi.
Menurut Heriyanti (2007) budaya organisasi dapat dipecah menjadi tiga faktor mendasar, yaitu :
1.   Faktor struktural, yang ditentukan oleh ukuran, umur, dan sejarah perusahaan, tiga operasi, lokasi geografis perusahaan jenis industri.
2.   Faktor politis, yang ditentukan oleh distribusi kekuasaan dan cara-cara pengambilan keputusan manajerial.
3.   Faktor emosional, merupakan pemikiran kolektif, kebiasaan, sikap, perasaan dan pola-pola perilaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar